“PERIODE
PERKEMBANGAN PGRI SEJAK MASA KOLONIAL SAMPAI SEKARANG”
DOSEN PEMBIMBING
Zainal Abidin, M.Pd
Disusun Oleh
Eka Candra Pranata
(201414501412)
R83
UNIVERSITAS
INDRAPRASTA PGRI
Jl.
Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp (021) 87797409
Tahun
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Persatuan Guru
Republik Indonesia yang kemudian kita kenal dengan sebutan PGRI merupakan satu
dari organisasi yang beranggotakan guru yang tidak melihat latar belakang,
agama, tingkat pendidikan, satuan pendidikan dan hal lain. Tentunya kenapa PGRI
didirikan mempunyai maksud tertentu. Sejarah telah menulis terbentuknya PGRI
berawal dari banyaknya berdiri organisasi masyarakat yang berlatar guru, untuk
membantu perjuangan Bangsa Indonesia.
Kemudian
muncullah sebuah gagasan untuk mempersatukan para guru dalam suatu wadah dengan
misi dan visi yang sama, maka ketika proklamasi kemerdekaan diikrarkan rencana
itu semakin matang hingga disusunlah kongres PGRI pertama di Surakarta.
Namun ternyata
proklamasi kemerdekaan tidak serta merta membuat Indonesia terbebas. Ternyata
dari pihak penjajah tidak terima begitu saja. Disinilah kemudian timbul sebuah
pertanyaan yakni seperti apa situasi sejarah di awal terbentuknya PGRI,
bagaimana pula situasinya dan sepeti apa andil PGRI selang waktu 1945-1958
dalam membantu perjuangan Bangsa Indonesia, atas dasar latar belakang itulah
dibuatnya makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimana
perkembangan PGRI dari masa kolonial sampai dengan saat ini ?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan PGRI
dari masa kolonial sampai dengan saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Terbentuknya PGRI
Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 telah merombak kehidupan
masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang. Tantangan-tantangan yang lahir
adalah merebut kekuasaan dari tangan penduduk Jepang dan mempertahankan
kemerdekaan dari serangan kolonial Belanda. Bangsa Indonesia bertekad menyusun
dan menata kehidupan berpemerintahan dan bernegara selayaknya suatu bangsa yang
merdeka. Gelora Revolusi Indonesia, berkobar dalam berbagai segi. Dari sinilah
muncul berbagai organisasi salah satunya adalah PGRI.
Ide ini pertama
digagas oleh bapak Rh. Koesnan, yang kemudian mengajak beberapa orang untuk
membentuk sebuah persatuan guru yang mempersatukan semua guru dengan tidak
memandang latar belakang agama,pendidikan, dan asal usul sehingga tidak terjadi
perpecahan organisasi guru seperti pada masa kolonial. Setelah diadakan
pertemuan akhirnya sepakat dibentuklah organisasi guru dengan nama Persatuan
Guru Seluruh Indonesia (PGSI) dengan bapak Koesnan sebagai ketuanya.
PGSI dibawah
pimpinan bapak Koesnan dengan beberapa anggota sepakat ingin mengajak semua
guru untuk bergabung dengan PGSI dengan mengadakan kongres di Surakarta. Karena
pada waktu itu serba sulit maka kongres akan diadakan pada akhir November 1945.
Kongres pertama
PGRI ini berlangsung selama dua hari, sabtu dan minggu tanggal 24 dan 25
November 1945 yang bertempat di Sekolah Guru Putri Surakarta.
B.
Hasil
Kongres Pertama PGRI
Setelah menetapkan waktu dan tempat kongres diadakan
maka tanggal 24 kongres pertama PGRI dimulai dan diakhiri pada tanggal 25
keesokan harinya. Dalam kongres tersebut diambil beberapa keputusan antara
lain:
- Memutuskan
nama organisasi adalah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) dari
usul-usul yang masuk.
- Memutuskan
bahwa Amin Singgih sebagai ketua formatur.
- Kemudian
dalam pasal I Anggarn Dasar pertama ditetapkan bahwa susunan pengurus
besar terdiri dari:
C.
Wujud
Peranan PGRI Setelah Dibentuk di Masa Perjuangan Fisik Tahun 1945 - 1950
PGRI menjadi salah satu organisasi yang menjadi
pelopor dan tampil dimuka dalam menghadapi ancaman dan tantangan pada masa
mempertahankan kemerdekaan. Para anggota PGRI diminta turut serta dalam
mempertahankan kemerdekaan tanpa melupakan tugas pokoknya dibidang pendidikan
serta mendesak pemerintah agar pemberantasan buta huruf segera digalakkan.
D.
Periode
tahun 1945 – 1950
Perjuangan organisasi dititikberatkan pada
perjuangan menegakkan dan menyelamatakan kemerdekaan. Usaha pengisian
pendidikan mulai terasa dari pendidikan yamg bernafaskan kolonial menuju
kependidikan nasional. Sebagai media organisasi pada tahun 1948 mulai
diterbitkan majalah GURU SASANA yang kemudian menjadi SUARA GURU.
Dalam bidang luar negeri pada tahun 1948 mulai
diliris hubungan dengan NEA (National Education Asosiation) yang merupakan
persatuan guru–guru Amerika, yang antara lain mengundang PGRI melakukan
peninjauan pendidikan di USA selama 8 bulan.
Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh pemerintah
Belanda pada 27-12-1949 memberikan suasana baru dalam perkembangan PGRI. Mulai
tahun 1950 PGRI mulai menata lagi organisasinya yang telah berserakan karena Negara–Negara
bagian bentukan Belanda yang ingin memecah belah kesatuan Negara Indonesia.
Namun terbentuknya organisasi–organisasi di daerah–daerah tersebut secara sadar
dibentuk sebagai alat perjuangan bagi para guru yang tetap setia pada
Proklamasi 17-08-1945. atas dasar tersebutlah pada tahun 1950 diadakan kongres
PGRI secara berurutan yaitu kongres ke IV bulan Februari 1950 di Yogyakarta dan
kongres ke V bulan Desember di Bandung.
Dalam kogres ke IV di Yogyakarta PGRI melopori
persatuan dan kesatuan bangsa dengan kerelaan dan keikhlasan menyatukan diri
dalam satu wadah organisasi guru yaitu PGRI. PGRI kembali mengumandangkan
maklumat persatuan pada saat pertentangan dan rasa saling curiga antara
golongan republik dan golongan federal sedang memanas. Para guru sepakat
menghapus semua rasa curiga antar sesama bangsa Indonesia serta menumpas rasa
kedaerahan dan mengajak untuk bersatu dalam wadah PGRI. Maklumat ini mendapat
sambutan masyarakat dan mendapat penghargaan dari pemerintah.
Kemudian pada kongres ke V PGRI kembali membuat
kejutan dengan mengubah azas dalam anggaran dasarnya. Pada saat itu
organisasi–organisasi beranggapan bahwa pancasila adalah dasar Negara sehingga
organisasi hanya dapat memilih satu atau dua dari sila Pancasila. Pada kongres
tersebut secara berani , para peserta kongres memilih pancasila sebagai azas
PGRI ketimbang keadilan sosial. Barangkali PGRI adalah organisasi pertama yang
memakai pancasila sebagai azasnya.
E.
Perkembangan
Organisasi PGRI Periode 1950 – 1959
Pada tahun 1950 – 1959 merupaka tahun–tahun
perkembangan dan pemekaran PGRI. Hasil dari jerih payah selama ini dapat
dirasakan dan dapat dibanggakan hasilnya. Dalam masa ini kongres ke VI PGRI
digelar yang bertempat di Malang pada bulan November 1952. pada kongres inilah
lahir “Mars PGRI” yang diciptakan oleh Sdr. B. Endro Pranoto.
F.
PGRI
pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada kongres IX di Surabaya bulan oktober /November
1959,soebandri dkk.Melancarkan politik adudomba diantara para kongres, terutama
pada waktu pemilihan Ketua Umum.Usaha tersebut tidak berhasil, ME.Sugiadinata
terpilih lagi sebagai Ketua Umum BP PGRI.
- Lahirnya
PGRI Non-Yaksentral/PKI
Periode tahun 1962-1965 merupakan episode yang
sangat pahit bagi PGRI. Dalam masa ini terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang
lebih hebat dibandingkan dengan pada periode sebelumnya. Penyebab perpecahan
itu bukan demi kepentingan guruatau peropesi guru,melainkan karena ambisi
politik dari luar dengan dalih ”machsovorming en machsaanwending” (pembentukan
kekuatan dan panggunaan kekuatan). Ternyata
goldfried termasuk salah seorang penandatanganan “surat selebaran fitnah”, sehingga
timbul protes dari siding pleno, sehingga Goldfied akhirnya dikeluarkan dari
panitia.
- Pemecatan
Massal Pejabat Departemen P&K (1964)
Pidato inangrasi Dr.Busono wiwoho pada rapat pertama
Majelis Pendidikan Nasional (Mapenas)dalam kependudukannya sebagai salah
seorang wakil ketua, menyarankan agar PancawarDhana diisi dengan moral “panca
cinta”.
- PGRI
Pasca-Peristiwa G30 S/PKI
Periode th. 1966-1972 merupakan masa perjuangan
untuk turut menegakka Orde Baru, penataan kembali organisasi, menyesuaikan misi
organisasi secara tegas dan tepat dalam pola embangunan nasional yang baru
memerlukan pemimpin yang memiliki dedikasi yang tinggi, kemampuan manajerial yang
mantap, dan pengalaman yang mendukang. Dipenuhi dengan jalan kaderisasi,
pelaksanaan kaderisasi yang dimulai pada th. 1957 di Jakarta dilanjutkan
kembali mulai Juli 1973 di Bandung, Yogyakarta, dan Pandaan, Jawa Timur.
PGRI mencoba untuk turut memprakarsai dan menghimpun
organisasi-organisasi pegawai negeri dakam bentuk RKS. Selanjutnya PGRI
memprakarsai pendirian PSPN dengan ketua Umumnya M.E. Subiadinata. Terakhir,
pada th. 1967, PGRI memprakarsai berdirinya MPBI. Sebagai pengembangan dari
MPBI lahirlah FBSI.
- Usaha PGRI
Melawan PGRI Non-Vaksentral/PKI
PGRI tidak luput dari ancaman tersebut. Pada kongres
IX PGRI di Surabaya (oktober 1959),infiltrasi PKI kedalam tubuh PGRI benar”
terasa,dan lebih jelas lagi dalam kongres X di Jakarta (November 1962).
Kiranya perinsip “siapa kawan siapa lawan” berlaku
pula dalam tubuh PGRI.”kawan”adalah semua golongan pancasilaisanti PKI yang
Dalam Pendidikan mengamankan Pancasila,dan “Lawan” adalah PKI yang berusaha
memnaksakan pendidikan.”pancacinta”dan “pancatinggi”. Akan tetapi kekuatan
pancasilais d.PGRI masih lebih kuat dan mampu bertahan menghadapi tantangan
tersebut.
Setelah PKI di wakili oleh guru” ber orentasi
ideology komunis tak mampu lagi melakukan taktik” penyusupan terhadap
PGRI,mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang”an untuk memisahkan
dari PGRI.
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman
dan perpecahan di antara guru,president sukarno turun tangan dengan membentuk
majelis pendidikan nasional yang menerbitkan penpres no.19 thn 1965 tentang
pokok” pendidikan pancasila akan tetapi pempres tersebut tidak berhasil
mempersatukan organisasi ini
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa yang
sangat pahit bagi PGRI.
G.
PGRI
Sejak Lahirnya Orde Baru
- Kesatuan
aksi guru Indonesia KAGI
Peristiwa G30S/PKI merupakan puncak dari apa
sebelumnya berlangsung dalam tubuh PGRI,yaitu perebutan pengaruh anti PKI dan
pro PKI,infil Trasi dan fitnah Pro PKI berdirinya PGRI non-vaksentral dll.
Bersama para pelajar,mahasiswa,sarjana,dll,para guru
anggota PGRI turun kejalan dengan meneriakan tritura (tri tuntunan rakyat)
yakni : ”bubarkan PKI, ritul 100 mentri, dan turunkan harga-harga!”. Mereka
membentuk kesatuan” aksi misalnyaa KAMI, KASI, sedangkan para guru” membentuk
KAGI pada tanggal 2 februari 1966.
Perlu ditambahkan bahwa KAGI pada mulanya terbentuk
dijakarta raya dan jawa barat, kemudian berturut” terbentuk KAGI di wilayah
lainnya. Tugas Utama KAGI adalah
a. Membersihkan
dunia pendidikan Indonesia dari unsure” PKI “dan orde lama.
b. Menyatukan
semua guru didalam organisasi guru yaitu PGRI.
c. Memperjuangkan
agar PGRI menjadi organi sasi guru yang tidak hanya bersifat unotalistik tetapi
juga independen dan non partai politik.
- Bukti
keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari hasil”
kongres di bidang unsure atau politik atau PB PGRI masa bakti XI adapun
hasil” kongres XI adalah
a. Menjunjung
tinggi HAM
b. PGRI
diwakili secara resmi dalam DPRGR atau MPRS
c. Frontnasional
di bubarkan
d. PGRI
ditegaskan kembali sebagai organisasi yang bersifat UNITARISTIK,INDEPENDEN dan
NON partai politik
H.
Konsilidasi
Organisasi pada Awal Orde Baru
Konsolodasi organisasi PGRI dilakukan
kedaerah-daerah dan cabang-cabang, dengan prioritas ke Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pembenahan pada kedua daerah tersebut tidak saja akibat kuatnya pengaruh
PGRI Non-vaksentral/PKI sebelumnya, tetapi juga menyangkut masalah dualisme
didalam kepemimpinan nasional. Inni berula dari zaman Orde Lama ketika politik
menjadi panglima, sehingga banyak guru dan pengurus PGRI memilih dan berlindung
dibawah partai-partai politik yang berkuasa pada waktu itu.
Menarik juga untuk disimak kembali tulis diharian
Kompas tahun 1967 yang berjudul “Porak-porandanya kereta PGRI di Jawa Tengah”.
Tulisan yang merupakan serangan kepada PB PGRI masa perserikatan (kongres) XI,
karena kelompok tertentu merasa tidak terwakili dalam susunan PB PGRI dan PGRI
dianggap terlalu dekat dengan TNI Angkatan Darat serta Sekber Golkar. Betapapun
ini merupakan bagian dari sejarah PGRI.
Kunjungan-kunjungan PB PGRI secara intensif ke Jawa
Tengah dan Jawa Timur melalui Panglima Militer setempat mutlak diperlukan.
Utusan PB PGRI yang sering dikirm ke Jawa Timur adalah ME. Subandinata (Ketua
Umum PB PGRI), Slamet (Sekretaris Kemasyarakatan/Kebudayaan), Drs. M. Rusli
Yunus (Sekretaris Sosial-Ekonomi), Drs. WDF. Rindorindo (Sekretaris
Pendidikan), dan T. Simbolon (Sekretaris Penerangan/Humas). Hal ini dilakukan
untuk menghimbau dapar pengurus daerah yang masih merasa ragu-ragu agar
mengerti aspirasi Orde Baru dan menyadari bahwa sikap kepala batu mereka dapat
menyebabkan PGRI dapat dibekukan atau dibubarkan oleh penguasa militer.
Pembentukan KAGI di Jawa Timur dan Jawa Tengan, antara lain untuk menyelamatkan
PGRI dari kemelut politik pada waktu itu. Hasilnya adalah Konferda PGRI dikedua
daerah tersebut berhasil memilih Pengurus Daerah PGRI yang baru.
Sejak selesainya kongres XI, PB PGRI telah
menghadiri Konferda di 21 provinsi, termasuk Irian Barat, sebelum pelaksanaan
pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) atau Act of Free Choice teparnya pada bulan
Maret 1968, Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian P & K memberangkatkan
utusan dengan tugas khusus untuk mengkonsolidasikan PGRI Irian Barat sebagai
persiapan menghadapi pepera yang akhirnya dimenangkan oleh rakyat yang
pro-Republik Indonesia.
Dua daerah yang menghadapi masalah cukup serius pada
masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru adalah Sumatera Barat dan Utara. Kelompok
yang tadinya menguasai PGRI di kedua daerah itu, berupaya bertahan menghadapi
perkembangan di tanah air. Pada akhir tahun 1967. ketua Umum PGRI ME.
Subandinata bersama KAGI hadir memberi penjelasan perkembangan politik pasca
Orde Lama selama satu hari di sekolajh don bosco padang. Akhirnya berhasil
dilaksanakan serah terima jabatan Pengurus Daerah Sumatera Barat/Utara di
kediaman Gubernur Sumatera Barat. Peristiwa ini merupakan penyelamatan kekuatab
orde baru di provinsi tersebut.
Diluar perkembangan politk kerjasama yang baik
antara pimpinan Dep P & K tentang penyusunan “Ejaan Baru Bahasa Indonesia”.
Dilaksanaan dengan mengikutsertakan organisasi kemayarakatan dan instansi
terkait dengan bahasa indonesia atas usul PGRI yang sebelumnya hanya ditangani
Dep P dan K.
Selanjutnya pada awal tahun 1969 atas desakan
“Panitia Perbaikan Nasib Guru” yang dibentuk oleh PGRI pemerintah setuju untuk
mencairkan kembali tunjangan kelebihan jam mengajar bagi guru SD seluruh
Indonesia. Waktu itu PB PGRI diundang ke Jl. Merdeka barat No. 15 Jakarta oleh
Menteri P dan K bersama Mendagri dan Menkeu untuk menyampaikan persetujuan
Presiden tentang realisasi tunjangan tersebut.
Hubungan antara PGRI dengan organisasi guru luar
negeri dirintis kembali pada Bulan Juli 1966, PGRI diterima menjadi anggota
WCOTP dalam kongres guru se dunia di Seoul Korea Selatan. Hal ini merupakan era
baru dalam kehidupan PGRI sementara itu pelaksanaan Asean Regional Konferensi
(ATP WCOTP) di Jakarta pada bulan April 1969, menandai untuk pertama kalinya
PGRI menjadi tuan rumah konferensi internasional organisasi guru. Keberhasilan
konferensi ini telah membuka cakrawala baru dalam hubungan internasional PGRI.
Setelah itu PGRI diundang untuk mengikuti “Frade
Union Leader Course” di negara Belanda selama 4 bulan, dengan bantuan Dep
Tenaga Kerja dan berkeja sama dengan Serikat Buruh Belanda. Kursus diadakan dua
angkatan. Angkatan I tahun 1969, angkatan II tahun 1970. Melalui Drs. M. Rusli
Yunus PGRI diundang pula oleh IFFTU (The Inernational Federation of Free
Teachers Union) dan EEC (Europeon Economic Community) sekarang menjadi Unin
Eropa (EU.European Union) selama satu minggu di Brassel, Belgia. Dan satu
minggu di Jerman barat atas undangan FES (Frederich Elber Stifing).
Hakekat Berdirinya PGRI :
Apabila
kita meneliti bunyi mukadimah AD/ART dan meneliti kehidupannya dari lahir
hingga saat ini, maka hakekat berdirinya PGRI adalah:
Ø PGRI
lahir karena hikmah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
dan merupakan manifestasi aspirasi guru Indonesia.
Ø PGRI
hanya commited terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Ø PGRI
berbatang tubuh sebagai suatu organisasi yang berlandaskan Proklamasi, suatu
organisasi pemersatu kaum guru yang bersifat unitaristis, independent dan non
partai politik dan merupakan suatu sarana usaha kepentingan-kepentingan kaum
guru bagi pembangunan / penbinaan profesinya dan pendidikan pada umumnya dan
pengabdian terhadap tanah air dan bangsa serta umat manusia secara keseluruhan.
Ø PGRI
adalah suatu organisasi profesi guru yang lahir, mengemban dan mewariskan
nilai-nilai angkatan’45 secara continue setiap organisasi (penerus) Bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari
makalah ini kami mengambil sebuah kesimpulan bahwa Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) saat ini merupakan hasil dari serangkaian sejarah yang begitu
panjang, peran serta kaum guru dalam mewarnai dan mempertahankan kemerdekaan
tidak hanya sebatas pada ranah pendidikan saja, namun telah meluas sampai pada
perjuangan yang lain.
PGRI
juga telah banyak ikut serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia serta kesejahteraan kaumnya, sehingga guru semakin maju dan bisa
lebih semangat dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kualitas anak
bangsa lewat pendidikan.
B. SARAN
Dari
makalah ini kami mnyampaikan saran kepada para guru dan calon guru untuk
kembali menata barisan untuk berjuang demi kemajuan pendidikan Indonesia. Guru
bukan hanya suatu pekerjaan yang menghasilkan uang saja namun juga tanggung
jawab menghasilkan output berupa kualitas warga negara yang bisa mempertahankan
kemerdekaan.
Maka
penting sekali untuk guru meningkatkan profesionalisme dengan terus banyak
belajar, agar kualitas guru semakin maju, seperti juga perjuangan para guru
dalam mengisi kehidupan bangsa sekitar tahun 1945-1958 yang salah hasilnya bisa
dinikmati sampai saat ini. semoga sebagai guru kita benar-benar bisa mengemban
tugas kita dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA