Selasa, 10 Juli 2018

Hubungan PGRI dengan Educational International (EI)


“Hubungan PGRI dengan Educational International (EI)”



MATA KULIAH SEJARAH PERJUANGAN & JATI DIRI PGRI
                        DOSEN          : Zainal Abidin, M.Pd
Nama               : Eka Candra Pranata (201414501412)
Kelas               : R8K


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp (021) 87797409
Website : http//www.unindra.ac.id E-mail : university@unindra.ac.id
Tahun 2018


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sesuai dengan asas perjuangan nya, PGRI sejak permulaan berdiri nya sudah mulai berusaha mencari hubungan dengan organisasi-organisasi guru dan serikat-serikat buruh luar negeri. Pada masa permulaan revolusi dulu, hubungan tersebut hanya bisa diusahakan melalui surat-menyurat saja. Di  luar dugaan, tanggapan pertama datang dari Australia yang sekaligus menyampaikan undangan untuk berkunjung ke negerinya supaya wakil kita bisa memberi informasi tentang keadaan dan perjuangan RI di sana. Kemudian datang pula undangan perkenalan dari NEA untuk berkunjung ke Amerika, perkenalan tertulis tersebut menjadi permulaan hubungan PGRI dengan WOTP.
PGRI antar instansi  ini dapat berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama yaitu terlaksananya proses pendidikan di Indoesia secara produktif, efektif, efisien, dan berhasil sehingga  menghasilkan out-put yang   berkualitas   secara inteletual, spiritual, dan sosial.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan luar negeri PGRI dengan Educational International (EI)?

C.    Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hubungan luar negeri  PGRI dengan Educational International (EI)

D.    Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat menambah wawasan dan dapat lebih memahami mengenai hubungan luar negeri PGRI dengan EI (Educational International) serta dapat menjadi referensi dikemudian hari.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hubungan luar negeri PGRI dengan Educational International (EI)
Educational Internasonal (EI) adalah organisasi serikat Pekerja Pendidikan Tingkat Dunia, yang 25 juta anggotanya mewakili seluruh bidang pendidikan mulai dari pendidikan pra sekolah sampai perguruan tinggi melalui 311 organisasi serikat pekerja tingkat nasional yang tersebar di 159 negara dan wilayah. Di Asia Pasifik, EI mempunyai 68 anggota organisasi di 34 negara, termasuk PGRI. EI mempunyai hubungan kerja dengan UNESCO, termasuk IBE (International Buereau of Edication atau Biro Pendidikan Internasional) serta memiliki status konsultatif dengan United Nation Economics and Social Council (ECOSOC) atau Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa Bangsa. Secara khusus, EI bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan bersama dengan WHO, UNAIDS, ILO, World Bank, dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Hubungan tersebut memberikan kesempatan bagi EI dalam mempromosikan tujuan guru dan pekerja pendidikan di forum internasional dan dalam memberikan masukan dalam diskusi ketika sedang menyusun keputusan tentang kebijakan penting. Program dan anggaran belanja EI diadopsi setiap tiga tahun oleh Kongres Dunia Education International, yang dihadiri  oleh semua organisasi anggota EI dan para pengamat dari organisasi internasional serta lembaga-lembaga antara negara. Resolusi kebijakan EI diadopsi dan Dewan Pimpinan Pusat dipilih di Kongres Dunia yang terakhir diselenggarakan di Jontien, Thailand, pada bulan Juli 2001.
Sekretariat Markas Besar atau Kantor Pusat EI teretak di Brussel Belgia. Kantor-kantor kawasan terletak di Afrika (Lome, Togo), Asia Pasifik (Kuala Lumpur, Malaysia), dan Fiki, Eropa (Brussel, Belgia), Amerika Latin (San Jose, Cose Rica) dan Amerika Utara dan Karibia (santalucia). Setiap 3 tahun sekali di tiap-tiap kawasan diselenggarakan Konvereverensi Regional. Secara khusus, EI bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan bersama dengan WHO, UNAIDS, ILO, World Bank, dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). EI dibentuk pada tahun 1993 sebagai hasil penggabungan antara The International Federation of Free Teacher Union (IFFTU) dan The World Confederation of Organizations of The Teaching Profession (WCOTP).
Sekertariat pengurus EI bermarkas di Brussels, Belgia, yang dilengkapi dengan lima departemen yaitu: pendidikan, serikat sekerja, hak asasi manusia dan keadilan, pengembangan kerjasama, informasi dan administrasi. Kantor regional EI bermarkas di Afrika (Lome, Togo), Asia (Kuala Lumpur, Malaysia), Pasifik (Fiji), Eropa (Brussels, Belgia), Amerika Latin (San Jose, Costa Rica), Amerika Utara dan Karibia (ST. Lucia). Konferensi regional diadakan setiap tiga tahun oleh negera-negara anggota EI di kawasan yang bersangkutan untuk menyepakati program dan kegiatan.
Pada tahun 1999, EI mengumpulkan konsorsium yang terdiri dari rekan kerja sama berikut: Lärarförbundet (Sweden), Utdanningsförbundet (Norway), Japan Teachers’ Union (Japan), Australian Education Union (Australia) dan National Education Association (USA) untuk bekerja sama dengan PGRI untuk menjadi sebuah organisasi guru independen, demokratis dan efektif. Agenda ini dimulai di dua propinsi pada tahun 2000, dan dalam tujuh tahun secara bertahap meningkat menjadi 26 dari 33 provinsi. Program ini terutama menargetkan para pemimpin tingkat provinsi dan kabupaten. Pertemuan diadakan setiap tahun untuk mengevaluasi dan merencanakan setiap tahun berikutnya dengan perwakilan dari organisasi bekerja sama lima.PGRI sekarang memainkan peran aktif dalam gerakan buruh di Indonesia.
Tujuan PGRI mengikuti organisasi ini  adalah :

  • Memperkuat PGRI sebagai serikat pekerja guru.
  • Membuat organisasi yang lebih demokratis, independen, transparan dan berkelanjutan.
Selain itu juga PGRI mengikutsertakan dirinya dalam organisasi ini tentu memperoleh manfaat yaitu:
  • Membuat kesadaran serikat buruh, good governance, transparansi dan akuntabilitas di semua tingkat organisasi.
  • Untuk mendapatkan alokasi anggaran 20% oleh pemerintah untuk pendidikan di tingkat nasional dan daerah untuk dapat membahas masalah yang dihadapi oleh pendidikan, guru, anak-anak, dan untuk mencapai pendidikan berkualitas untuk semua.
  • Mempromosikan partisipasi perempuan dan pemimpin muda dalam proses pengambilan keputusan dan semua kegiatan serikat.
  • Dibuat kolam pelatih terampil di tingkat kabupaten dan propinsi.
  • Berkaitan dengan keuangan organisasi dan membuat organisasi mandiri secara finansial.
  • Peningkatan proses komunikasi dalam organisasi antara tingkat nasional, provinsi dan kabupaten.
Adapun EI bertujuan untuk :
  • Melindungi hak profesional dan industrial dari para guru dan pekerja pendidikan;
  • Mempromosikan perdamaian, demokrasi, keadilan sosial, dan persatuan kepada seluruh manusia si semua negara, melalui pembangunan pendidikan umum berkualitas bagi semua.
  • Memerangi semua bentuk rasialisme dan diskriminasi dalam pendidikan dan masyarakat.
  • Memberikan perhatian khusus bagi pembangunan peran kepengurusan dan keterwakilan wanita di masyarakat, dalam profesi mengajar, dan dalam organisasi guru dan pekerja pendidikan.
  • Memastikan hak-hak kelompok kelompok yang terlemah seperti masyarakat pribumi, etnik minoritas, migran dan anak-anak. EI bertujuan dan bekerja untuk menghapuskan pekerja anak yang merupakan bagian penting dari hak asasi manusia.


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu strategi PGRI untuk mencapai visi dan tujuan organisasi adalah melakukan kerjasama intern organisasi dengan masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah, dan organisasi massa lain atau sering disebut hubungan kerjasama PGRI secara vertikal, horizontal dan bahkan hubungan luar negeri. Hubungan antara pengurus PGRI besar pengurus PGRI provinsi secara vertikal bersifat Hierarkhies dan Instruktif. Hubungan tersebut menggunakan azas manfaat, saling menguntungkan, saling membantu, kekeluargaan, demokratis dan keterbukaan. Educational International (EI) bertujuan untuk melindungi hak profesional dan industrial dari para guru dan pekerja pendidikan, mempromosikan perdamaian, demokrasi, keadilan sosial, dan persatuan kepada seluruh manusia di semua negara, melalui pembangunan pendidikan umum berkualitas bagi semua.

Sumber :


Selasa, 01 Mei 2018

“PERIODE PERKEMBANGAN PGRI SEJAK MASA KOLONIAL SAMPAI SEKARANG”


“PERIODE PERKEMBANGAN PGRI SEJAK MASA KOLONIAL SAMPAI SEKARANG”



DOSEN PEMBIMBING
Zainal Abidin, M.Pd

Disusun Oleh
Eka Candra Pranata
(201414501412)
R83

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Jl. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Telp (021) 87797409
Website : http//www.unindra.ac.id E-mail : university@unindra.ac.id
Tahun 2018


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Persatuan Guru Republik Indonesia yang kemudian kita kenal dengan sebutan PGRI merupakan satu dari organisasi yang beranggotakan guru yang tidak melihat latar belakang, agama, tingkat pendidikan, satuan pendidikan dan hal lain. Tentunya kenapa PGRI didirikan mempunyai maksud tertentu. Sejarah telah menulis terbentuknya PGRI berawal dari banyaknya berdiri organisasi masyarakat yang berlatar guru, untuk membantu perjuangan Bangsa Indonesia.
Kemudian muncullah sebuah gagasan untuk mempersatukan para guru dalam suatu wadah dengan misi dan visi yang sama, maka ketika proklamasi kemerdekaan diikrarkan rencana itu semakin matang hingga disusunlah kongres PGRI pertama di Surakarta.
Namun ternyata proklamasi kemerdekaan tidak serta merta membuat Indonesia terbebas. Ternyata dari pihak penjajah tidak terima begitu saja. Disinilah kemudian timbul sebuah pertanyaan yakni seperti apa situasi sejarah di awal terbentuknya PGRI, bagaimana pula situasinya dan sepeti apa andil PGRI selang waktu 1945-1958 dalam membantu perjuangan Bangsa Indonesia, atas dasar latar belakang itulah dibuatnya makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
Bagaimana perkembangan PGRI dari masa kolonial sampai dengan saat ini ?

C.    Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan PGRI dari masa kolonial sampai dengan saat ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A.   Sejarah Terbentuknya PGRI
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 telah merombak kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang. Tantangan-tantangan yang lahir adalah merebut kekuasaan dari tangan penduduk Jepang dan mempertahankan kemerdekaan dari serangan kolonial Belanda. Bangsa Indonesia bertekad menyusun dan menata kehidupan berpemerintahan dan bernegara selayaknya suatu bangsa yang merdeka. Gelora Revolusi Indonesia, berkobar dalam berbagai segi. Dari sinilah muncul berbagai organisasi salah satunya adalah PGRI.
Ide ini pertama digagas oleh bapak Rh. Koesnan, yang kemudian mengajak beberapa orang untuk membentuk sebuah persatuan guru yang mempersatukan semua guru dengan tidak memandang latar belakang agama,pendidikan, dan asal usul sehingga tidak terjadi perpecahan organisasi guru seperti pada masa kolonial. Setelah diadakan pertemuan akhirnya sepakat dibentuklah organisasi guru dengan nama Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) dengan bapak Koesnan sebagai ketuanya.
PGSI dibawah pimpinan bapak Koesnan dengan beberapa anggota sepakat ingin mengajak semua guru untuk bergabung dengan PGSI dengan mengadakan kongres di Surakarta. Karena pada waktu itu serba sulit maka kongres akan diadakan pada akhir November 1945.
Kongres pertama PGRI ini berlangsung selama dua hari, sabtu dan minggu tanggal 24 dan 25 November 1945 yang bertempat di Sekolah Guru Putri Surakarta.

B.     Hasil Kongres Pertama PGRI
Setelah menetapkan waktu dan tempat kongres diadakan maka tanggal 24 kongres pertama PGRI dimulai dan diakhiri pada tanggal 25 keesokan harinya. Dalam kongres tersebut diambil beberapa keputusan antara lain:
  1. Memutuskan nama organisasi adalah PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) dari usul-usul yang masuk.
  2. Memutuskan bahwa Amin Singgih sebagai ketua formatur.
  3. Kemudian dalam pasal I Anggarn Dasar pertama ditetapkan bahwa susunan pengurus besar terdiri dari:
C.    Wujud Peranan PGRI Setelah Dibentuk di Masa Perjuangan Fisik Tahun 1945 - 1950
PGRI menjadi salah satu organisasi yang menjadi pelopor dan tampil dimuka dalam menghadapi ancaman dan tantangan pada masa mempertahankan kemerdekaan. Para anggota PGRI diminta turut serta dalam mempertahankan kemerdekaan tanpa melupakan tugas pokoknya dibidang pendidikan serta mendesak pemerintah agar pemberantasan buta huruf segera digalakkan.
D.    Periode tahun 1945 – 1950
Perjuangan organisasi dititikberatkan pada perjuangan menegakkan dan menyelamatakan kemerdekaan. Usaha pengisian pendidikan mulai terasa dari pendidikan yamg bernafaskan kolonial menuju kependidikan nasional. Sebagai media organisasi pada tahun 1948 mulai diterbitkan majalah GURU SASANA yang kemudian menjadi SUARA GURU.
Dalam bidang luar negeri pada tahun 1948 mulai diliris hubungan dengan NEA (National Education Asosiation) yang merupakan persatuan guru–guru Amerika, yang antara lain mengundang PGRI melakukan peninjauan pendidikan di USA selama 8 bulan.
Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh pemerintah Belanda pada 27-12-1949 memberikan suasana baru dalam perkembangan PGRI. Mulai tahun 1950 PGRI mulai menata lagi organisasinya yang telah berserakan karena Negara–Negara bagian bentukan Belanda yang ingin memecah belah kesatuan Negara Indonesia. Namun terbentuknya organisasi–organisasi di daerah–daerah tersebut secara sadar dibentuk sebagai alat perjuangan bagi para guru yang tetap setia pada Proklamasi 17-08-1945. atas dasar tersebutlah pada tahun 1950 diadakan kongres PGRI secara berurutan yaitu kongres ke IV bulan Februari 1950 di Yogyakarta dan kongres ke V bulan Desember di Bandung.
Dalam kogres ke IV di Yogyakarta PGRI melopori persatuan dan kesatuan bangsa dengan kerelaan dan keikhlasan menyatukan diri dalam satu wadah organisasi guru yaitu PGRI. PGRI kembali mengumandangkan maklumat persatuan pada saat pertentangan dan rasa saling curiga antara golongan republik dan golongan federal sedang memanas. Para guru sepakat menghapus semua rasa curiga antar sesama bangsa Indonesia serta menumpas rasa kedaerahan dan mengajak untuk bersatu dalam wadah PGRI. Maklumat ini mendapat sambutan masyarakat dan mendapat penghargaan dari pemerintah.
Kemudian pada kongres ke V PGRI kembali membuat kejutan dengan mengubah azas dalam anggaran dasarnya. Pada saat itu organisasi–organisasi beranggapan bahwa pancasila adalah dasar Negara sehingga organisasi hanya dapat memilih satu atau dua dari sila Pancasila. Pada kongres tersebut secara berani , para peserta kongres memilih pancasila sebagai azas PGRI ketimbang keadilan sosial. Barangkali PGRI adalah organisasi pertama yang memakai pancasila sebagai azasnya.
E.     Perkembangan Organisasi PGRI Periode 1950 – 1959
Pada tahun 1950 – 1959 merupaka tahun–tahun perkembangan dan pemekaran PGRI. Hasil dari jerih payah selama ini dapat dirasakan dan dapat dibanggakan hasilnya. Dalam masa ini kongres ke VI PGRI digelar yang bertempat di Malang pada bulan November 1952. pada kongres inilah lahir “Mars PGRI” yang diciptakan oleh Sdr. B. Endro Pranoto.
F.     PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada kongres IX di Surabaya bulan oktober /November 1959,soebandri dkk.Melancarkan politik adudomba diantara para kongres, terutama pada waktu pemilihan Ketua Umum.Usaha tersebut tidak berhasil, ME.Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua Umum BP PGRI.
  1. Lahirnya PGRI Non-Yaksentral/PKI
Periode tahun 1962-1965 merupakan episode yang sangat pahit bagi PGRI. Dalam masa ini terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang lebih hebat dibandingkan dengan pada periode sebelumnya. Penyebab perpecahan itu bukan demi kepentingan guruatau peropesi guru,melainkan karena ambisi politik dari luar dengan dalih ”machsovorming en machsaanwending” (pembentukan kekuatan dan panggunaan kekuatan). Ternyata goldfried termasuk salah seorang penandatanganan “surat selebaran fitnah”, sehingga timbul protes dari siding pleno, sehingga Goldfied akhirnya dikeluarkan dari panitia.
  1. Pemecatan Massal Pejabat Departemen P&K (1964)
Pidato inangrasi Dr.Busono wiwoho pada rapat pertama Majelis Pendidikan Nasional (Mapenas)dalam kependudukannya sebagai salah seorang wakil ketua, menyarankan agar PancawarDhana diisi dengan moral “panca cinta”.
  1. PGRI Pasca-Peristiwa G30 S/PKI
Periode th. 1966-1972 merupakan masa perjuangan untuk turut menegakka Orde Baru, penataan kembali organisasi, menyesuaikan misi organisasi secara tegas dan tepat dalam pola embangunan nasional yang baru memerlukan pemimpin yang memiliki dedikasi yang tinggi, kemampuan manajerial yang mantap, dan pengalaman yang mendukang. Dipenuhi dengan jalan kaderisasi, pelaksanaan kaderisasi yang dimulai pada th. 1957 di Jakarta dilanjutkan kembali mulai Juli 1973 di Bandung, Yogyakarta, dan Pandaan, Jawa Timur.
PGRI mencoba untuk turut memprakarsai dan menghimpun organisasi-organisasi pegawai negeri dakam bentuk RKS. Selanjutnya PGRI memprakarsai pendirian PSPN dengan ketua Umumnya M.E. Subiadinata. Terakhir, pada th. 1967, PGRI memprakarsai berdirinya MPBI. Sebagai pengembangan dari MPBI lahirlah FBSI.
  1. Usaha PGRI Melawan PGRI Non-Vaksentral/PKI
PGRI tidak luput dari ancaman tersebut. Pada kongres IX PGRI di Surabaya (oktober 1959),infiltrasi PKI kedalam tubuh PGRI benar” terasa,dan lebih jelas lagi dalam kongres X di Jakarta (November 1962).
Kiranya perinsip “siapa kawan siapa lawan” berlaku pula dalam tubuh PGRI.”kawan”adalah semua golongan pancasilaisanti PKI yang Dalam Pendidikan mengamankan Pancasila,dan “Lawan” adalah PKI yang berusaha memnaksakan pendidikan.”pancacinta”dan “pancatinggi”. Akan tetapi kekuatan pancasilais d.PGRI masih lebih kuat dan mampu bertahan menghadapi tantangan tersebut.
Setelah PKI di wakili oleh guru” ber orentasi ideology komunis tak mampu lagi melakukan taktik” penyusupan terhadap PGRI,mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang”an untuk memisahkan dari PGRI.
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman dan perpecahan di antara guru,president sukarno turun tangan dengan membentuk majelis pendidikan nasional yang menerbitkan penpres no.19 thn 1965 tentang pokok” pendidikan pancasila akan tetapi pempres tersebut tidak berhasil mempersatukan organisasi ini
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI.
G.    PGRI Sejak Lahirnya Orde Baru
  1. Kesatuan aksi guru Indonesia KAGI
Peristiwa G30S/PKI merupakan puncak dari apa sebelumnya berlangsung dalam tubuh PGRI,yaitu perebutan pengaruh anti PKI dan pro PKI,infil Trasi dan fitnah Pro PKI berdirinya PGRI non-vaksentral dll.
Bersama para pelajar,mahasiswa,sarjana,dll,para guru anggota PGRI turun kejalan dengan meneriakan tritura (tri tuntunan rakyat) yakni : ”bubarkan PKI, ritul 100 mentri, dan turunkan harga-harga!”. Mereka membentuk kesatuan” aksi misalnyaa KAMI, KASI, sedangkan para guru” membentuk KAGI pada tanggal 2 februari 1966.
Perlu ditambahkan bahwa KAGI pada mulanya terbentuk dijakarta raya dan jawa barat, kemudian berturut” terbentuk KAGI di wilayah lainnya. Tugas Utama KAGI adalah
a.       Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari unsure” PKI “dan orde lama.
b.      Menyatukan semua guru didalam organisasi guru yaitu PGRI.
c.       Memperjuangkan agar PGRI menjadi organi sasi guru yang tidak hanya bersifat unotalistik tetapi juga independen dan non partai politik.
  1. Bukti keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari hasil” kongres di bidang unsure atau politik atau PB PGRI masa bakti XI adapun hasil” kongres XI adalah
a.       Menjunjung tinggi HAM
b.      PGRI diwakili secara resmi dalam DPRGR atau MPRS
c.       Frontnasional di bubarkan
d.      PGRI ditegaskan kembali sebagai organisasi yang bersifat UNITARISTIK,INDEPENDEN dan NON partai politik
H.    Konsilidasi Organisasi pada Awal Orde Baru
Konsolodasi organisasi PGRI dilakukan kedaerah-daerah dan cabang-cabang, dengan prioritas ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembenahan pada kedua daerah tersebut tidak saja akibat kuatnya pengaruh PGRI Non-vaksentral/PKI sebelumnya, tetapi juga menyangkut masalah dualisme didalam kepemimpinan nasional. Inni berula dari zaman Orde Lama ketika politik menjadi panglima, sehingga banyak guru dan pengurus PGRI memilih dan berlindung dibawah partai-partai politik yang berkuasa pada waktu itu.
Menarik juga untuk disimak kembali tulis diharian Kompas tahun 1967 yang berjudul “Porak-porandanya kereta PGRI di Jawa Tengah”. Tulisan yang merupakan serangan kepada PB PGRI masa perserikatan (kongres) XI, karena kelompok tertentu merasa tidak terwakili dalam susunan PB PGRI dan PGRI dianggap terlalu dekat dengan TNI Angkatan Darat serta Sekber Golkar. Betapapun ini merupakan bagian dari sejarah PGRI.
Kunjungan-kunjungan PB PGRI secara intensif ke Jawa Tengah dan Jawa Timur melalui Panglima Militer setempat mutlak diperlukan. Utusan PB PGRI yang sering dikirm ke Jawa Timur adalah ME. Subandinata (Ketua Umum PB PGRI), Slamet (Sekretaris Kemasyarakatan/Kebudayaan), Drs. M. Rusli Yunus (Sekretaris Sosial-Ekonomi), Drs. WDF. Rindorindo (Sekretaris Pendidikan), dan T. Simbolon (Sekretaris Penerangan/Humas). Hal ini dilakukan untuk menghimbau dapar pengurus daerah yang masih merasa ragu-ragu agar mengerti aspirasi Orde Baru dan menyadari bahwa sikap kepala batu mereka dapat menyebabkan PGRI dapat dibekukan atau dibubarkan oleh penguasa militer. Pembentukan KAGI di Jawa Timur dan Jawa Tengan, antara lain untuk menyelamatkan PGRI dari kemelut politik pada waktu itu. Hasilnya adalah Konferda PGRI dikedua daerah tersebut berhasil memilih Pengurus Daerah PGRI yang baru.
Sejak selesainya kongres XI, PB PGRI telah menghadiri Konferda di 21 provinsi, termasuk Irian Barat, sebelum pelaksanaan pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) atau Act of Free Choice teparnya pada bulan Maret 1968, Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian P & K memberangkatkan utusan dengan tugas khusus untuk mengkonsolidasikan PGRI Irian Barat sebagai persiapan menghadapi pepera yang akhirnya dimenangkan oleh rakyat yang pro-Republik Indonesia.
Dua daerah yang menghadapi masalah cukup serius pada masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru adalah Sumatera Barat dan Utara. Kelompok yang tadinya menguasai PGRI di kedua daerah itu, berupaya bertahan menghadapi perkembangan di tanah air. Pada akhir tahun 1967. ketua Umum PGRI ME. Subandinata bersama KAGI hadir memberi penjelasan perkembangan politik pasca Orde Lama selama satu hari di sekolajh don bosco padang. Akhirnya berhasil dilaksanakan serah terima jabatan Pengurus Daerah Sumatera Barat/Utara di kediaman Gubernur Sumatera Barat. Peristiwa ini merupakan penyelamatan kekuatab orde baru di provinsi tersebut.
Diluar perkembangan politk kerjasama yang baik antara pimpinan Dep P & K tentang penyusunan “Ejaan Baru Bahasa Indonesia”. Dilaksanaan dengan mengikutsertakan organisasi kemayarakatan dan instansi terkait dengan bahasa indonesia atas usul PGRI yang sebelumnya hanya ditangani Dep P dan K.
Selanjutnya pada awal tahun 1969 atas desakan “Panitia Perbaikan Nasib Guru” yang dibentuk oleh PGRI pemerintah setuju untuk mencairkan kembali tunjangan kelebihan jam mengajar bagi guru SD seluruh Indonesia. Waktu itu PB PGRI diundang ke Jl. Merdeka barat No. 15 Jakarta oleh Menteri P dan K bersama Mendagri dan Menkeu untuk menyampaikan persetujuan Presiden tentang realisasi tunjangan tersebut.
Hubungan antara PGRI dengan organisasi guru luar negeri dirintis kembali pada Bulan Juli 1966, PGRI diterima menjadi anggota WCOTP dalam kongres guru se dunia di Seoul Korea Selatan. Hal ini merupakan era baru dalam kehidupan PGRI sementara itu pelaksanaan Asean Regional Konferensi (ATP WCOTP) di Jakarta pada bulan April 1969, menandai untuk pertama kalinya PGRI menjadi tuan rumah konferensi internasional organisasi guru. Keberhasilan konferensi ini telah membuka cakrawala baru dalam hubungan internasional PGRI.
Setelah itu PGRI diundang untuk mengikuti “Frade Union Leader Course” di negara Belanda selama 4 bulan, dengan bantuan Dep Tenaga Kerja dan berkeja sama dengan Serikat Buruh Belanda. Kursus diadakan dua angkatan. Angkatan I tahun 1969, angkatan II tahun 1970. Melalui Drs. M. Rusli Yunus PGRI diundang pula oleh IFFTU (The Inernational Federation of Free Teachers Union) dan EEC (Europeon Economic Community) sekarang menjadi Unin Eropa (EU.European Union) selama satu minggu di Brassel, Belgia. Dan satu minggu di Jerman barat atas undangan FES (Frederich Elber Stifing).
Hakekat Berdirinya PGRI :
Apabila kita meneliti bunyi mukadimah AD/ART dan meneliti kehidupannya dari lahir hingga saat ini, maka hakekat berdirinya PGRI adalah:
Ø  PGRI lahir karena hikmah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 dan merupakan manifestasi aspirasi guru Indonesia.
Ø  PGRI hanya commited terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Ø  PGRI berbatang tubuh sebagai suatu organisasi yang berlandaskan Proklamasi, suatu organisasi pemersatu kaum guru yang bersifat unitaristis, independent dan non partai politik dan merupakan suatu sarana usaha kepentingan-kepentingan kaum guru bagi pembangunan / penbinaan profesinya dan pendidikan pada umumnya dan pengabdian terhadap tanah air dan bangsa serta umat manusia secara keseluruhan.
Ø  PGRI adalah suatu organisasi profesi guru yang lahir, mengemban dan mewariskan nilai-nilai angkatan’45 secara continue setiap organisasi (penerus) Bangsa Indonesia.

BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Dari makalah ini kami mengambil sebuah kesimpulan bahwa Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) saat ini merupakan hasil dari serangkaian sejarah yang begitu panjang, peran serta kaum guru dalam mewarnai dan mempertahankan kemerdekaan tidak hanya sebatas pada ranah pendidikan saja, namun telah meluas sampai pada perjuangan yang lain.
PGRI juga telah banyak ikut serta dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia serta kesejahteraan kaumnya, sehingga guru semakin maju dan bisa lebih semangat dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kualitas anak bangsa lewat pendidikan.

B.     SARAN
Dari makalah ini kami mnyampaikan saran kepada para guru dan calon guru untuk kembali menata barisan untuk berjuang demi kemajuan pendidikan Indonesia. Guru bukan hanya suatu pekerjaan yang menghasilkan uang saja namun juga tanggung jawab menghasilkan output berupa kualitas warga negara yang bisa mempertahankan kemerdekaan.
Maka penting sekali untuk guru meningkatkan profesionalisme dengan terus banyak belajar, agar kualitas guru semakin maju, seperti juga perjuangan para guru dalam mengisi kehidupan bangsa sekitar tahun 1945-1958 yang salah hasilnya bisa dinikmati sampai saat ini. semoga sebagai guru kita benar-benar bisa mengemban tugas kita dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA



Hubungan PGRI dengan Educational International (EI)

“Hubungan PGRI dengan Educational International (EI)” MATA KULIAH SEJARAH PERJUANGAN & JATI DIRI PGRI                     ...